Minggu, 11 Januari 2015

THE ESSENTIAL ROTHBARD (sambungan 01)

oleh David Gordon
(Ludwig von Mises Institute; Auburn, Alabama; 2007)

MAN, ECONOMY, AND STATE: RISALAH ROTHBARD TENTANG TEORI EKONOMI

Rothbard segera menarik perhatian William Volker Fund, yang pada waktu itu merupakan kelompok utama yang memberikan bantuan finansial kepada para sarjana liberal klasik. Lembaga ini menugaskan Rothbard untuk menulis sebuah buku teks, yang cocok untuk mahasiswa, yang akan menjelaskan Human Action dalam bahasa sederhana. Dia menulis bagian contoh tentang uang dan kredit yang mendapatkan persetujuan Mises. Begitu karya Rothbard dilanjutkan, proyek tersebut berubah menjadi sesuatu yang lebih besar. Hasilnya, dua volume Man, Economy, and State, yang merupakan sebuah risalah besar dan salah satu sumbangan penting bagi ilmu ekonomi Austria di abad 20, yang diterbitkan tahun 1962.

Mises bisa menangkap pentingnya buku tersebut. Membuat review soal buku itu di The New Individualist Review, Mises menyebutnya “sumbangan penting bagi ilmu umum tindakan manusia, prakseologi, dan bagian uraiannya yang secara praktis paling penting serta yang terbaik hingga saat ini, ekonomi.”[15] Mises, seperti yang diketahui oleh mereka yang mempelajari karyanya, adalah seorang kritisi hebat; baginya untuk mengatakan hal seperti ini mengenai sebuah buku sungguh sangat luar biasa.

Rothbard sepenuhnya cocok dengan upaya Mises untuk mendeduksi seluruh ekonomi dari aksioma tindakan, dikombinasikan dengan beberapa postulat tambahan. Dalam lebih banyak detail daripada yang telah dilakukan Mises, dia membuat deduksi; dan dalam prosesnya, menyumbangkan inovasi teoritis besar pada prakseologi.

Pandangannya mengenai prakseologi berbeda dalam cara yang halus tapi substansial dengan Mises. Rothbard berpikir bahwa kita secara langsung memahami kemestian dalam dunia empirik. Kita tidak hanya melihat bahwa manusia bertindak: kita pada saat yang sama juga memahami bahwa ini adalah ciri penting dari sifat manusia. Ini adalah pandangan Aristotelian dan Skolastik, berlawanan dengan posisi Kantian Mises; saat menyatakan bahwa “semua manusia bertindak berdasarkan eksistensi dan sifat mereka sebagai manusia,” Rothbard mengutip sebagai pendukung Buku I dari karya Aristoteles Nicomachean Ethics.[16] Mises berpendapat bahwa manusia harus berpikir menurut beberapa kategori tertentu. Jika demikian, kita bisa mengetahui beberapa proposisi tertentu, seperti aksioma tindakan, benar a priori; kita mengetahui proposisi-proposisi ini dalam arti kita tidak bisa berpikir dalam suatu cara yang bertentangan dengannya. ini memungkinkan adanya jurang antara dunia sebagaimana tampaknya dan dunia sebagaimana adanya. tidak ada jurang seperti itu dalam pandangan Rothbard.

Dia menolak standar penggunaan bukti matematika neoklasik dalam ekonomi, bagian yang juga tidak hilang dari Mises, yang berkomentar:
Dalam beberapa kalimat brilian, dia [Rothbard] melumpuhkan perlengkapan utama ekonom matematika, yaitu gagasan sesat untuk mengganti konsep determinasi timbal balik dan keseimbangan dengan konsep usang sebab dan akibat.[17]
Karya ini sungguh luar biasa dalam ketelitian dan kreativitasnya. Salah satu yang paling penting dari inovasi yang dibuat buku ini melibatkan argumen terkenal Mises. Rothbard mengatakan bahwa argumen kalkulasi sosialis Mises, pada hakekatnya, bukanlah argumen mengenai sosialisme. Akan tetapi, titik fundamental argumen tersebut adalah bahwa dalam ketidakhadiran pasar, kalkulasi ekonomi tidak bisa dilakukan. Maka, sebuah firma, sekalipun dimiliki secara pribadi, yang mengendalikan seluruh ekonomi juga tidak akan mampu menghitung:
Analisa kami dimaksudkan untuk memperluas diskusi terkenal mengenai kemungkinan kalkulasi ekonomi di bawah sosialisme, yang dimulai oleh Professor Ludwig von Mises lebih dari 40 tahun lalu. Mises, yang memiliki kata terakhir dan juga pertama dalam debat tersebut, telah mendemonstrasikan secara tak terbantahkan bahwa sistem ekonomi sosialis tidak bisa menghitung, karena ketiadaan pasar, dan karenanya juga ketiadaan harga bagi produser dan terutama bagi barang modal. Sekarang kita melihat bahwa, secara paradoks, alasan kenapa ekonomi sosialis tidak bisa menghitung bukanlah secara khusus karena sosialis! Sosialisme adalah sistem di mana negara secara paksa mengambil kendali atas semua alat produksi dalam ekonomi. Alasan kemustahilan kalkulasi di bawah sosialisme adalah bahwa satu agen memiliki atau mengarahkan penggunaan semua sumber daya dalam ekonomi. Harus jelas bahwa tidak ada bedanya apakah satu agen tersebut adalah Negara atau individu privat atau kartel privat. Manapun yang terjadi, tidak ada kemungkinan kalkulasi di manapun dalam struktur produksi, karena proses produksi hanya akan bersifat internal dan tanpa pasar. Tidak akan ada kalkulasi, dan karenanya irasionalitas dan kekacauan ekonomi sempurna akan terjadi, entah sang pemilik tunggal adalah Negara atau pribadi.[18]
Di sini Rothbard secara brilian menggabungkan argumen Mises dengan pernyataan utama Ronald Coase dalam “The Nature of the Firm.”[19] Coase menganggap firma individual, berhadapan dengan keputusan apakah akan memperluas produksi secara internal atau membeli produk di pasar. Dia mengatakan bahwa dalam “sebuah sistem persaingan terdapat jumlah ‘optimal’ perencanaan.”[20] Rothbard melihat bahwa Mises dan Coase membuat poin yang sama. seperti yang dicatat Rothbard,
Bagi setiap barang modal, harus ada pasar yang pasti di mana perusahaan-perusahaan membeli dan menjual barang itu. Sudah jelas bahwa hukum ekonomi ini merancang kepastian maksimal bagi ukuran relatif dari setiap perusahaan tertentu pada pasar bebas… Karena hukum ini, tidak akan pernah ada Satu Kartel Besar yang mengatasi seluruh ekonomi atau penggabungan hingga Satu Perusahaan Besar memiliki semua asset produktif dalam ekonomi.[21]
Tidak ada tendensi menuju monopoli yang ada pada pasar bebas. Di sini Rothbard mengikuti Mises dan para ekonom pasar bebas lainnya; tapi dia bergerak melampaui mereka. dalam inovasi lain, dia mengklaim bahwa seluruh konsep harga monopoli tidak berlaku untuk pasar bebas. Tidak ada perangkat untuk membedakan apa yang disebut harga monopoli, yang ditentukan oleh perusahaan tunggal dalam sebuah industri, dari harga kompetitif.
Terdapat cacat besar dalam literatur ekonomi menyangkut keseluruhan isu ini: kegagalan untuk menyadari ilusi dalam seluruh konsep harga monopoli… bahwa ada yang dianggap sebagai “harga kompetitif,” pada apa “harga monopoli” tertinggi – hasil dari tindakan restriktif – dibedakan. Tidak, jika kita menganalisa persoalan ini dari dekat, akan terbukti bahwa… tidak ada cara untuk membedakan, bahkan secara konseptual, setiap harga yang diberikan sebagai “harga monopoli.” Dugaan “harga kompetitif” tidak bisa diidentifikasi baik oleh produser sendiri maupun oleh pengamat netral.[22]
Argumen Rothbard bagi kesimpulan radikal ini sangat terus terang:
Elastisitas kurva permintaan juga tidak membentuk kriteria apapun. Sekalipun semua kesulitan menemukan dan mengenali kurva permintaan sudah ditanggulangi… kita telah melihat bahwa harga, jika diperkirakan secara akurat, akan selalu dirancang oleh pembeli sehingga kisaran di atas harga pasar akan elastis. Bagaimana setiap orang, termasuk sang produser sendiri, mengetahui apakah harga pasar ini bersifat kompetitif atau monopoli?[23]
Dia tidak menunjukkan rasa iba pada teori persaingan monopolistis Joan  Robinson dan Edward Chamberlin:
Teoritisi persaingan monopolistis membedakan perusahaan ideal ini [yaitu, perusahaan tanpa pengaruh atas harga] dengan perusahaan yang memiliki pengaruh pada penentuan harga dan karenanya pada derajat tertentu bersifat “monopolistis.” Jelas bahwa kurva permintaan bagi sebuah perusahaan tidak bisa seluruhnya elastis sempurna.[24]
Teori modal bersifat sentral bagi ilmu ekonomi Austria, dan Rothbard melampirkan kekhususan penting dalam unifikasi yang dilakukannya antara “teori sewa yang brilian dan telah dilupakan” dari Frank Fetter[25] dengan teori bunga dengan preferensi waktu murni dan teori struktur produksi dari Mazhab Austria. Tidak mengejutkan bahwa dia dengan sengit menunjukkan keuntungan dari pandangan Austria berhadapan dengan doktrin-doktrin lawan, dan dia melakukan kritik keras terhadap posisi alternatif utama. Menurut Frank Knight, modal adalah dana abadi; ini bertentangan dengan pandangan Mazhab Austria, yang dipelopori oleh Eugen von Bohm-Bawerk, yang menekankan tahap-tahap produksi dari waktu ke waktu. Rothbard menyerang teori ini dalam bentuk yang diberikan padanya oleh salah seorang murid Knight, Earl Rolph.
Rolph menggambarkan sistem produksi, yang terpisah atau terintegrasi, tanpa ada yang membuat kemajuan dari barang yang ada (modal uang) yang dia tolak keberadaannya. Dan begitu para buruh dan tuan tanah mengerjakan produk-produk antara selama bertahun-tahun tanpa bayaran, hingga produk jadi telah siap bagi konsumen, Rolph mendesak mereka untuk tidak kuatir, karena mereka secara implisit telah dibayar secara simultan saat mereka bekerja. Inilah implikasi logis dari posisi Knight-Rolph.[26]
Rothbard melancarkan kritik mendasar dan menjangkau jauh pada ilmu Keynesian. Dia memulai serangannya pada Keynes dengan menunjukkan bahwa pada basis dari keseluruhan sistem Keynesian terdapat asumsi yang keliru. Keynes mengemukakan bahwa pengeluaran total bisa tidak mencukupi apa yang dibutuhkan untuk menjaga lapangan kerja. Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Jika pekerja menganggur, tidakkah mereka akan meminta upah rendah? Lalu bagaimana bisa terjadi pengangguran terus menerus pada pasar bebas?

Keynes mengasumsikan bahwa upah tidak bisa turun. “‘Ekuilibrium kekurangan pekerjaan’ Keynesian hanya muncul jika tingkat upah uang kaku ke bawah, yaitu, jika kurva penawaran tenaga kerja di bawah ‘lapangan kerja penuh’ secara tidak terbatas bersifat elastis.”[27]

Dengan peningkatan pengeluaran pemerintah, saat upah uang tetap konstan, upah riil turun. Banyak inovasi kebanggaan Keynes terdiri dari upaya yang rumit untuk mengelabui pekerja. Mereka hanya melihat upah uang mereka; entah bagaimana, mereka akan gagal untuk melihat bahwa mereka tengah menghadapi pemotongan upah.

Rothbard menemukan bahwa resep Keynesian total tidak mencukupi:
Bagaimanapun juga, serikat kerja telah belajar mengenai problem daya-beli dan perbedaan antara tarif uang dan tarif nyata; tentu saja, tidak butuh banyak kemampuan menalar untuk menangkap perbedaan ini. Ironisnya, dukungan Keynes atas inflasi didasarkan pada “ilusi uang” yang bersandar pada pengalaman sejarah… bahwa, selama terjadinya inflasi, harga jual meningkat lebih cepat daripada tingkat upah. Namun bentuk ekonomi di mana serikat kerja memberlakukan tingkat upah minimum tepatnya adalah bentuk ekonomi di mana serikat kerja akan hidup dengan kerugian pada upah riil, juga uang mereka.[28]
Maka, untuk mengakhiri pengangguran, upah harus turun. Tapi kaum Keynesian tidak juga kalah: mereka “bergantung pada tali terakhir dari simpul mereka.”[29] Mereka berargumen bahwa sekalipun upah turun, pengangguran bisa bertahan. Permintaan spekulatif atas uang akan menahan investasi: para pengusaha, mengantisipasi turunnya harga, akan menimbun uang mereka.

Analisa Rothbard atas gagasan ini merupakan salah satu dari inovasinya yang paling hebat. dalam kritiknya, Rothbard mengantisipasi karya mengenai ekspektasi rasional yang dengannya Robert Lucas memenangkan Hadiah Nobel.[30] Rothbard mengatakan bahwa Keynes secara keliru berpikir bahwa permintaan spekulatif akan uang menentukan tingkat bunga. Sebaliknya, permintaan akan uang merupakan respons spekulatif:
Salah satu kesalahan fundamental Keynesian adalah ngotot menganggap tingkat suku bunga sebagai tingkat kontrak pinjaman, bukannya harga yang menyebar di antara tahap-tahap produksi. Yang pertama, sebagaimana yang telah kita lihat, hanya merupakan cerminan dari yang terakhir. Ekspektasi yang kuat akan peningkatan pesat dalam tingkat suku bunga berarti ekspektasi yang kuat akan peningkatan harga yang menyebar, atau tingkat pengembalian bersih. Penurunan dalam harga berarti para pengusaha berharap bahwa faktor harga akan segera turun, berhenti berinvestasi dan menunggu peristiwa menyenangkan ini sehingga pengembalian mereka akan lebih besar. Ini bukan “preferensi likuiditas” tapi spekulasi mengenai perubahan harga.[31]
Pada titik ini, Rothbard mengajukan gagasan penting yang mengantisipasi Lucas. Dia mengatakan bahwa spekulasi semacam itu bukanlah sumber ketidakstabilan. Sebaliknya, “ekspektasi penurunan faktor harga mempercepat gerakan menuju keseimbangan dan karenanya juga menuju relasi bunga murni sebagaimana yang ditentukan oleh preferensi waktu.”[32]

Tapi bagaimana jika permintaan akan uang meningkat hingga jangkauan yang tak terbatas? Bagaimana jika para pengusaha tidak berinvestasi sama sekali?
Keynesian kuatir bahwa orang-orang akan menimbun bukannya membeli obligasi karena takut akan turunnya harga sekuritas… ini berarti… tidak berinvestasi karena ekspektasi akan peningkatan segera dalam tingkat bunga alami. Bukannya bertindak sebagai blokade, ekspektasi ini mempercepat penyesuaian berikutnya. Lebih lagi, permintaan akan uang tidak bisa tak terbatas karena orang-orang harus terus mengonsumsi, apapun ekspektasi mereka.[33]
Singkatnya, pandangan Keynesian mengenai preferensi likuiditas secara fundamental tidak mencukupi:
Bagaimanapun juga para Keynesian menghubungkan preferensi likuiditas bukan dengan ketidakpastian umum, tetapi dengan ketidakpastian spesifik dari harga obligasi di masa depan. Tentunya ini merupakan pandangan yang sangat dangkal dan terbatas.[34]
Penekanan Rothbard mengenai peran ekspektasi dalam mempercepat penyesuaian tingkat suku bunga berlaku lebih luas dari hanya pada problem penimbunan Keynesian. Efeknya hadir untuk semua perubahan harga yang diantisipasi. Dia menulis:

Tingkat bunga alami di pasar memuat komponen daya-beli yang mengoreksi tingkat riil, secara positif dalam bentuk uang selama ekspansi umum, dan secara negatif selama kontraksi umum. Tingkat pinjaman hanya akan menjadi cerminan dari apa yang telah terjadi dalam tingkat alami. Sejauh ini, pembahasan ini mirip dengan gagasan [Irving] Fisher, kecuali bahwa ini merupakan hasil dari perubahan aktual, bukan perubahan yang diantisipasi… Telah kita lihat bahwa bukannya mengambil kerugian moneter… para pengusaha akan menahan pembelian faktor-faktor hingga harga faktor produksi turun langsung hingga ke tingkat rendah di masa depan. Tetapi proses pergerakan harga antisipatif ini tidak tampak hanya dalam kasus ekstrim prospektif pengembalian “negatif.” Hal itu terjadi setiap kali perubahan harga diantisipasi… Jika semua perubahan diantisipasi oleh setiap orang, tidak akan ada ruang bagi komponen daya-beli [dari tingkat suku bunga] untuk berkembang.[35]

bersambung...



Notes:

[15] Ludwig von Mises, The New Individualist Review (Autumn, 1962): 41.

[16] Man, Economy, and State with Power and Market, hal. 2.

[17] Mises, New Individualist Review, hal. 40.

[18] Man, Economy, and State with Power and Market, hal. 614–15.

[19] Ronald Coase, “The Nature of the Firm,” Economica n.s. 386 (1937).

[20] Dikutip dalam Man, Economy, and State with Power and Market, hal. 613.

[21] Ibid., hal. 613; penekanan oleh pengarang.

[22] Ibid., hal. 687–88; penekanan oleh pengarang.

[23] Ibid., hal. 689; penekanan oleh pengarang.

[24] Ibid., hal. 721; penekanan oleh pengarang.

[25] Ibid., hal. xcv.

[26] Ibid., hal. 507.

[27] Ibid., hal. 780.

[28] Ibid., hal. 784.

[29] Ibid., hal. 785.

[30] Saya sangat berterima kasih kepada Professor Bryan Caplan karena mengingatkan saya akan hal ini.

[31] Man, Economy, and State with Power and Market, hal. 789–90; penekanan oleh pengarang.

[32] Ibid., hal. 790.

[33] Ibid., hal. 791.

[34] Ibid.; penekanan oleh pengarang.

[35] Ibid., hal. 796.