Rabu, 14 Januari 2015

THE ESSENTIAL ROTHBARD (sambungan 02)

oleh David Gordon
(Ludwig von Mises Institute; Auburn, Alabama; 2007)

POWER AND MARKET: BAGIAN TERAKHIR DARI RISALAH ROTHBARD

Sebagaimana yang aslinya direncanakan Rothbard buku Man, Economy, and State, akan memasukkan juga bagian terakhir yang memberikan klasifikasi komprehensif dan analisa atas tipe-tipe intervensi pemerintah. Sayangnya, bagian buku ini muncul pada edisi orisinal hanya dalam bentuk yang telah dipotong. Publikasi lengkapnya baru muncul pada tahun 1970, di bawah judul tersendiri Power and Market.[36] Versi lengkap Man, Economy, and State with Power and Market, sebagaimana yang diniatkan Rothbard, baru dipublikasikan secara lengkap pada tahun 2004.

Dalam Power and Market, Rothbard membagi intervensi pemerintah ke dalam dua tipe: triangular, di mana “penyerbu memaksa orang-orang melakukan pertukaran atau melarang mereka untuk melakukan itu,”[37] dan binari, pertukaran yang dipaksakan antara penyerbu dengan korbannya (pajak adalah contoh prinsipil mengenai hal ini). Dengan perhatian yang sungguh-sungguh, dia mengelaborasi klasifikasi mendetail mengenai kemungkinan jenis-jenis intervensi yang terdapat dalam masing-masing bentuknya, yang dalam setiap kasus menunjukkan efek-efek mengganggu dari campur tangan semacam itu.

Sebagai ilustrasi dari apa yang dilakukan Rothbard, simak keterangan berikut:
Semua pengeluaran pemerintah untuk sumber daya adalah bentuk belanja konsumsi, dalam arti bahwa uang dikeluarkan pada berbagai item karena pejabat pemerintah telah memutuskan hal itu… Benar bahwa para pejabat tidak mengonsumsi produk tersebut secara langsung, tapi keinginan mereka telah mengubah pola produksi dalam membuat barang-barang ini, dan karenanya mereka bisa disebut sebagai “konsumen”… semua pembicaraan mengenai “investasi” pemerintah adalah kekeliruan.[38]
Sebuah gagasan yang sederhana, bahkan terbukti dengan sendirinya, yang telah dibawa Rothbard ke dalam perhatian kita, tapi tidak sangat jelas bagi para penulis sebelumnya.

Power and Market tidak memuat sistem etika Rothbard; buku ini adalah karya tentang prakseologi dan karenanya bebas nilai. Meski begitu, Rothbard menyatakan bahwa seorang prakseolog bisa tiba pada konklusi yang sangat relevan dengan etika. Jika sebuah ideal etis yang diusulkan tidak bisa direalisasikan, hal itu secara rasional mesti ditolak. Untuk menerima hal ini tidak dibutuhkan ketaatan pada sebuah pandangan etis tertentu: yang dibutuhkan adalah rasio.
Jika sebuah tujuan etis bisa ditunjukkan sebagai kontradiktif terhadap dirinya sendiri dan mustahil secara konseptual untuk dipenuhi, maka tujuan tersebut jelas absurd dan harus ditinggalkan oleh semua orang… juga absurd untuk mengambil langkah pendekatan atas ideal tersebut… ini adalah kebenaran prakseologis yang diturunkan dari hukum yang mengatakan bahwa alat bisa mendapatkan nilainya hanya dengan ditarik dari tujuan.[39]
Salah satu tujuan yang mustahil seperti itu adalah kesetaraan pendapatan.
Pendapatan tidak pernah bisa setara. Pendapatan harus dipertimbangkan, tentunya, dalam bentuk riil dan bukan dalam bentuk uang; jika tidak maka tidak akan ada kesetaraan sejati… Karena setiap individu sudah seharusnya disituasikan dalam ruang yang berbeda, setiap pendapatan riil individu harus berbeda dari barang ke barang dan dari pribadi ke pribadi. Tidak ada cara untuk mengombinasikan barang-barang dari berbagai tipe berbeda, untuk mengukur “tingkat” pendapatan, jadinya sia-sia jika kita mencoba untuk tiba pada suatu jenis tingkat “kesetaraan.”[40]
Kesetaraan kesempatan juga berlangsung tidak lebih baik.
Namun konsep ini juga sama sia-sianya dengan konsep sebelumnya. Bagaimana bisa kesempatan orang New York dan kesempatan orang Indian untuk berlayar di sekitar Manhattan, atau untuk berenang di sungai Gangga, bisa “disetarakan”? Perbedaan lokasi manusia yang mutlak secara efektif mengeliminasi setiap kemungkinan menyetarakan “kesempatan.”[41]
Buku ini juga menjadi sasaran kritik layu kanon-kanon standar mengenai keadilan dalam perpajakan. Garis serangan Rothbard berbeda dari kebanyakan ekonom pasar bebas yang menekankan kejahatan pajak progresif. Rothbard tidak mencintai prinsip progresif, tapi dia menemukan beberapa argumen melawan prinsip tersebut ternyata cacat:
Keberatannya bersifat etis-politis – bahwa “kaum miskin merampok kaum kaya.” Implikasinya adalah bahwa orang miskin yang membayar 1 persen dari pendapatannya telah “merampok” orang kaya yang membayar 80 persen. Tanpa menilai kebaikan atau kejelekan perampokan, kita bisa berkata bahwa pendapat ini tidak absah. Kedua warga negara tersebut telah dirampok – oleh Negara… Bisa saja terdapat keberatan bahwa kaum miskin menerima subsidi bersih dari hasil pajak… [tetapi] fakta pajak progresif tidak dengan sendirinya mengimplikasikan bahwa “kaum miskin” akan disubsidi secara massal.[42]
Bagi Rothbard, tingkat pajak adalah isu kuncinya: “Sesungguhnya, tingkat pajak jauh lebih penting daripada keprogresivannya dalam menentukan jarak yang telah ditempuh masyarakat dari pasar bebas.”[43] Orang kaya yang harus membayar pajak progresif yang tinggi akan lebih baik daripada di bawah sistem proporsional dengan tingkat yang lebih tinggi. 

Sebuah bagian yang singkat namun brilian yang membantah lebih dulu argumen-argumen anti-pasar yang didasarkan pada “keberuntungan” yang terbukti sangat berpengaruh dalam karya terakhir John Rawls dan kebanyakan pengikutnya. 
Tidak ada pembenaran untuk berkata bahwa kaum kaya lebih beruntung daripada kaum miskin. Sangat mungkin bahwa banyak atau kebanyakan orang kaya tidak beruntung dan mendapatkan kurang dari DMVP [discounted marginal value product] mereka, sementara kebanyakan orang miskin sudah beruntung dan mendapatkan lebih. Tidak ada yang bisa mengatakan apa itu distribusi keberuntungan; maka, tidak ada pembenaran di sini bagi sebuah kebijakan “redistribusi.”[44]
Gagasan Rothbard tidak tergantung pada penerimaan atas pandangannya bahwa orang-orang layak mendapatkan nilai dari apa yang mereka produksi. Tetapi, isunya adalah bahwa kita harus pertama-tama menentukan prinsip distribusi sebelum bisa menentukan apakah seseorang itu “beruntung.”

Para pembela pasar bebas berpendapat bahwa derma privat sudah cukup bagi orang miskin dan orang cacat, tapi di sini mereka harus menjawab sebuah keberatan. Tidakkah derma itu bersifat merendahkan? Jawaban Rothbard tetap berada dalam batas prakseologi, karena tidak melibatkan penilaian etis. Dia mencatat bahwa mereka yang mengemukakan keberatan ini tidak bisa secara konsisten mendukung bantuan pemerintah.
Kaum Negarais… sering mengatakan bahwa derma itu merendahkan martabat mereka yang menerima, dan karenanya dia harus diajarkan bahwa uang itu adalah haknya, diberikan kepadanya oleh pemerintah sebagai haknya. Tetapi gagasan yang sering dirasa menghina ini, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Isabel Patterson, berasal dari fakta bahwa penerima derma tidak mandiri di pasar… Meski begitu, memberikannya hak moral dan legal untuk mendenda rekan-rekannya akan menambah degradasi moralnya bukannya mengakhiri, karena si penerima sekarang telah dihapuskan dari garis produksi… Kita bisa mengatakan bahwa setiap orang yang menganggap derma privat bersifat merendahkan harus secara logis menyimpulkan bahwa derma Negara jauh lebih dari itu.[45]
bersambung...

Notes:

[36] Power and Market: Government and the Economy (Kansas City: Sheed Andrews and McMeel, 1970).

[37] Man, Economy, and State with Power and Market, hal. 1075.

[38] Ibid., hal. 1153.

[39] Ibid., hal. 1297–98.

[40] Ibid., hal. 1310.

[41] Ibid.

[42] Ibid., hal. 1193–94.

[43] Ibid., hal. 1194.

[44] Ibid., hal. 1333. Filsuf Susan Hurley nantinya mengembangkan gagasan yang sama dalam karyanya Justice, Luck, and Knowledge (Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 2003). Lihat review saya dalam The Mises Review 9,
no. 2 (Summer, 2003).


[45] Ibid., hal. 1320–21.